Kasihan dan Iba. itulah kesan gue pertama kali melihat kondisi nenek itu. Tubuhnya sudah tua renta, ditambah lagi dia adalah seorang Tuna netra, alis tidak bisa melihat lagi. Gue sering melihat nenek itu berjualan tisue, dibawah pohon kecil, di Gang Senggol. Ya, sebuah tempat yang cukup familiar untuk anak anak UI, terutama Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan, karena jalan itu berdekatan dengan kampus mereka, untuk akses menuju Detos biasanya. Gue enggak tau dimana rumah nenek itu, dan sejak kapan dia berjualan disana. yang jelas, setiap kali saya mau ke Detos, pasti saya melihat nenek itu sedang menjajakan tissue nya. Ironi memang, disaat usia yang sudah senja, dia masih berjuang untuk bertahan hidup, dengan segala keterbatasan yang dia miliki. Gue terus terang salut dengan perjuangan nenek ini. Dia yang ada kekurangan saja masih bersemangat untuk mendapatkan rejeki buat bertahan hidup, tetapi gue disini masih bermalas malasan, bahkan untuk belajar.
Gue malu dengan nenek itu, gue ngerasa udah menghabiskan banyak uang orang tua, tapi belum bisa membahagiakan mereka :( Semangat nenek itu membuat gue merasa iri. Satu lagi pelajaran yang bisa gue petik dari sini, orang yang memiliki keterbatasan saja masih mau berusaha, seharusnya kita malu pada diri kita apabila kita masih bermalas-malasan.
Semoga cerita singkat ini bisa menginpirasi kita agar mau
berusaha dengan maksimal, apalagi karena kita telah dikaruniahi fisik yang yang
sempurna oleh Allah. :)
buat nenek, semoga Allah senantiasa melindungi dan
mencurahkan RahmadNya padamu nek, semoga kau bahagia suatu saat kelak :)
0 komentar:
Posting Komentar